kerajaan dikalimantan timur yg berdiri pada abadke 5
IPS
angelTA1
Pertanyaan
kerajaan dikalimantan timur yg berdiri pada abadke 5
2 Jawaban
-
1. Jawaban saras183
kerajaan kutai kalo gk salah -
2. Jawaban gbtsgavrila
KUTAI
1. Negara Tujuh Buah Yupa
Setelah diselidiki dengan semasa, ternyata kira-kira tahun 400M ( 2 abad sebelum Kristus lahir) telah ditemukan kerajaan Hindu di Kalimantan timur, yaitu di kutai. Disini ditemukan beberapa buah prasasti yang dipahatkan pada tiang batu. Tiang batu itu disebut yupa, sampai saat ini telah di temukan 7 buah yupa, dan masih ada kemungkinan beberapa buah yupa yang lain belum di temukan sampai saat ini. Prasasti itu berlukiskan huruf pallawa, yang menurut bentuk dan jenisnya berasal dari sekitar tahun 400M. Bahasanya memakai bahasa sanskerta, dan tersusun dalam bentuk syair.
Prasasti yang menyebutkan silsilah Mulawarman, raja terbesar di daerah Kutai purba itu, berbunyi sebagai berikut:
1)srimatah sri-narendrasya
2)kundungasya mahatmanah
3)putro svavarmmo vikhatyatah
4)vansakartta yathansuman
5)tasya putra mahatmanah
6)trayas traya ivagnayah
7)tesan trayanam pravarah
8)tapo-bala-damanvitah
9)sri mulavarmma rajendro
10)yastva bahusuvarnnakam
11)tasya yajnasya yupo’yam
12)dvijendrais samparakalpitah
“ Sang maharaja Kundunga, amat mulia, mempunyai putra yang mashur, sang aswawarmman namanya, yang seperti sang Ansuman(dewa matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang aswawarman mempunyai tiga putra, seperti (yang suci) tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah sang mulawarmman, raja yang berperadapan baik, kuat dan kuasa. Sang mulawarmman telah mengadakan kenduri emas-amat-banyak. Buat peringatan kenduri itulah tugu batu ini didirikan oleh brahmana”
Mengingat catatan dari tulisan tersebut diatas, maka kita dapat mengetahui, bahwa ada dikatakan tiga keturunan, yakni raja Kundunga mempunyai anak sang Aswawarman; sang Aswawarman mempuyai anak tiga orang, yang terutama ialah sang raja Mulawarman.
Berdasarkan silsilahnya dapat dipastikan, bahwa Kundunga adalah seorang Indonesia asli, yang barangkali untuk pertama kalinya tersentuh oleh pengaruh budaya India. Tetapi sedemikian jauh, Kundunga sendiri masih tetap mempertahankan ciri-ciri keindonesiannya, dan itu pulalah yang menyebabkan ia tidak dianggap sebagai pendiri keluarga raja. Dari data yang sedikit itu dapat disimpulkan, bahwa rupanya pengertian “ keluarga raja” pada waktu itu, terbatas kepada keluarga kerajaan yang telah menyerap budaya India di dalam kehidupan sehari-harinya. Menurut prasasti yang ada, penyerapan itu mulai terlihat pada waktu Aswawarman, anak Kundunga, menjadi raja, yaitu di pergunakannya nama yang berbau India sebagai nama pengenalnya. Oleh karena itulah, maka yang dianggap sebagai pendiri keluarga raja Aswawarman, dan bukannya Kundunga sendiri.
Prasasti lain yang dikeluarkan Mulawarman, berbunyi sebagai berikut:
1)srimato nrpamukhyasya
2)rajnah sri-mulavarmmanah
3)danam punyatame ksetre
4)yad dattam vaprakesvare
5)dvijatibhyo’ gnkalpebhyah
6)visatir ggosahasrikam
7)tansya punyasya yupo’yam
8)krto viprair ihagataih
“ Sang mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahmana yang seperti api, bertempat di dalam tanah yang sangat suci bernama waprakeswara. Buat peringatan akan kebaikan budi sang raja itu, tugu ini telah dibikin oleh para brahmana yang datang di tempat ini.”
Di dalam prasasti diatas, ada nama yang sangat penting buat pengetahuan kita tentang agama yang dipeluk oleh sang Mulawarman, yakni Waprakeswara, nama yang suci dan didalam tempat itu pulalah kenduri sang Mulawarman itu dilakukan.
2. Kehidupan Masyarakat dan Agama
Dari semua bukti prasasti yang ada, hampir tidak ada kemungkinan untuk mengungkap bagaimana kira-kira kehidupan kemasyarakatan pada zaman kerajaan Kutai purba ini. Hal ini di sebabkan, karena prasasti-prasasti itu boleh dikatakan tidak sedikit pun berbicara tentang masyarakatnya. Tetapi ini tidak berarti, bahwa kita sama sekali tidak dapat membayangkan bagaimana keadaan masyarakat masa tersebut. Ditulisnya prasasti-prasasti Mulawarman dengan menggunakan bahasa Sanskerta dan aksara pallawa, merupakan petunjuk bagi kita untuk menduga bagaimana keadaan masyarakat ketika itu. Walaupun tidak jelas, tetapi dapat dipastikan bahwa ketika itu sudah ada sebagian penduduk Kutai purba yang hidup dalam suasana peradapan India. Mengingat bahwa bahasa Sanskerta pada dasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, tetapi merupakan bahasa resmi untuk masalah-masalah keagamaan, dapatlah disimpulkan, bahwa ketika itu di Kutai purba sudah ada golongan masyarakat yang menguasai bahasa Sanskerta. Ini berarti bahwa kaum Bramana pada masa itu sudah merupakan suatu golongan tersendiri di dalam masyarakat kutai purba.
Berhubung sampai saat ini belum ditemukan bukti baru yang ada hubungannya dengan daerah Kalimantan timur sekitar abad ke 4 dan ke 5 Masehi, maka tentu saja kita juga tidak dapat membicarakan daerah ini lebih banyak lagi