Sejarah

Pertanyaan

kisah kerajaan ternate dan tidore

1 Jawaban

  • Sejak abad ke-13, Ternate dan juga Tidore sudah dikenal dalam kancah perdagangan dunia sebagai pusat perdagangan rempah. Berbagai saudagar yang berasal dari Arab, India, dan Tionghoa serta Persia datang ke wilayah ini untuk berdagang hingga akhirnya para pedagang dari Eropa seperti Inggris, Portugis, Belanda, dan Spanyol juga hadir di wilayah ini, khususnya untuk mencari cengkeh dan pala. 
    Saat itu wilayah Maluku Utara dikenal degan nama Moluku Kie Hara yang secara harfiah berarti gugusan empat pulau bergunung. Keempat pulau itu dikuasai oleh empat kesultanan yaitu Kesultanan Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan yang hingga saat ini masih berjalan. Oleh Keempat kesultanan inilah hubungan perdagangan mulai dijalin.

    Desember 1511, M de Albuquerque, wakil negara Portugis yang berkedudukan di Malaka pertama kalinya mengirimkan ekspedisi tiga kapal menuju wilayah Maluku. Diikuti oleh Antonio de Abreu dan Fransesco Serrao tiba di Ternate pada tahun 1512. Pada tahun 1521, bangsa Spanyol tiba dengan Kapal Victoria dan Trinidad di Tidore.

    Mulailah terjadi persaingan hingga menimbulkan perang antara Portugis dan Spanyol. Pada tahun 1522, Portugis yang dipimpin Antonio de Brito berhasil mengusir Spanyol Setelah Spanyol meninggalkan Tidore, bangsa Portugis mulai memonopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah Ternate ini. Maka timbulah perlawanan rakyat dari keempat kesultanan dalam melawan monopoli perdagangan. Hal itu juga terjadi saat bangsa lain datang seperti Inggris dan Belanda dengan niat yang lama hingga peperangan melawan penjajah melahirkan beberapa pahlawan nasional.
    Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan.Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut
    Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang
    dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin
    oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati,
    dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa
     kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai
    ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera.
     Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalammenghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi
    pusat perdagangan rempah-rempah.
    Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai
    oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo,
    dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh
    Kesultanan Ternate. Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada
    masa Sultan Baabullah, sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak
    kejayaannya pada masa Sultan Nuku.
    Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam perdagangan.
    Dari persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang, masing-masing
    menjadi pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu:
    a.      Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate meliputi
    Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan
    Ternate mencapai aman keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya
    meluas ke Filipina.
    b.      Uli-Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore meliputi
    Halmahera, Jailalo sampai ke Papua. Kerajaan Tidore mencapai aman
    keemasan di bawah pemerintahan Sultan Nuku.
    Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang berkembang adalah Kesultanan
    Palembang yang didirikan oleh Ki Gedeng Suro, Kerajaan Bima di daerah
    bagian timur Sumbawa, dengan rajanya La Ka’i, Siak Sri Indrapura yang
    didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi
    Kerajaan Islam kecil lainnya di Indonesia.

Pertanyaan Lainnya